17/11/2013
BANDA ACEH
- Kawasan Gampong Pande, Banda Aceh (dulu Koetaradja) yang belakangan ini ramai
diperbincangkan karena ditemukan ribuan koin emas (dirham) dan sepasang pedang
VOC di areal tambak desa itu, ternyata sudah tigakali didera tsunami besar.
Faktor ini diyakini, menjadi penyebab utama mengapa pusat Kerajaan Aceh
Darussalam itu akhirnya ditinggalkan penghuninya dan banyak benda-benda
bersejarah berserakan atau tertimbun di situ.
Data kepurbakalaan bahwa Gampong Pande sedikitnya
sudah tiga kali didera tsunami diungkapkan Dr Nazli Ismail, Ketua Jurusan
Fisika FMIPA Unsyiah, menjawab Serambinews.com, Minggu (17/11/2013 siang. Doktor jebolan
Swedia ini mengaku sudah melakukan kajian paleotsunami di Gampong Pande sejak
2011. Paleotsunami adalah kajian tentang peristiwa tsunami di masa lampau.
"Terungkap bahwa di Gampung Pande ada dua
priode pendudukan (settlement) dilihat dari variasi batu nisan di sana.
Satu periode bersamaan dengan Lamuri (di Lamreh, Krueng Raya, Aceh Besar) dan
yang satu lagi pada masa Kerajaan Aceh Darussalam (di atas 1511 Hijriah),"
ungkap Nazli.
Pergantian settlement tersebut, diduga Nazli,
berkaitan dengan kejadian tsunami besar. "Satu kali terjadi pada
pertengahan abad 14 dan satu lagi sekitar 500 tahun kemudian. Dan yang terakhir
terjadi pada 26 Desember 2004. Jadi, totalnya tiga kali," kata
Nazli.
Menurut Nazli, tim riset yang dia pimpin, saat
meneliti di Gampong Pande hanya fokus pada variasi batu nisan di desa
itu. Ditemukan satu jenis plak pling mirip dangan yang terdapat di Lamreh,
sedangkan yang lainnya seperti batu Aceh biasa. Batu-batu nisan itu bertanda
dua periode pendudukan dengan masa yang berbeda.
"Sedangkan di Lamreh kami temukan dua periode
tsunami dan yang satunya terkoneksi dengan periode Kerajaan Lamuri dengan nisan
yang lebih kuno dibanding batu Aceh biasa. Artinya, saat Lamuri berkembang, di
Gampong Pande sudah ada penduduk, tapi Lamreh setelah itu tidak berkembang lagi
sampai sekarang," kata mantan wartawan Serambi Indonesia ini.
Hasil temuan Nazli dkk sejalan dengan asumsi
sejarawan Aceh, Drs Rusdi Sufi. Menurut dosen pada Prodi Pendidikan Sejarah
FKIP Unsyiah ini, ada dua kemungkinan utama mengapa Gampo Pande sebagai pusat
Kerajaan Aceh dulunya ditinggalkan dan penghuninya pindah ke Dalam Darul Dunia
yang kini berlokasi sekitar Pendapa (Meuligoe) Gubernur Aceh.
Penyebab pertama karena Gampong Pande sempat
diduduki Belanda pada 1874 (saat Aceh dipimpin Sultan Alaidin Mahmudsyah) dan
kemungkinan kedua karena Gampong Pande sebelumnya pernah dilanda tsunami
besar, sehingga sebagian besar penghuninya meninggal, sedangkan yang
selamat mengungsi dan akhirnya menetap di kawasan Dalam Darul Dunia
(sekitar 5 km dari Gampong Pande).
Pada saat itulah diperkirakan Rusdi banyak barang
berharga milik Kerajaan Aceh, termasuk uang dirham berbahan emas, tertimbun dan
terpencar di kawasan Gampong dan sekitarnya. Sebagian dari koin emas itu
ditemukan pencari tiram pada Senin siang lalu. Keasliannya kini sedang diteliti
tim arkeolog dari Balai Kepurbakalaan Kemendikbud RI.(*) Sumber : http://aceh.tribunnews.com