Cilacap (DwiNews) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap masih kekurangan peralatan peringatan dini tsunami meskipun wilayah pesisir selatan kabupaten ini termasuk kategori daerah "very high risk" atau berisiko sangat tinggi bencana tsunami.
"Di pesisir Jawa, ada tiga daerah yang paling potensial diterjang tsunami yakni Banten, Cilacap, dan Pacitan. Dari tiga daerah tersebut, Cilacap merupakan wilayah paling tinggi risikonya," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Wasi Ariyadi di Cilacap, Kamis.
Akan tetapi hingga saat ini, kata dia, Cilacap hanya memiliki enam unit "early warning system (EWS)" atau alat peringatan dini bencana tsunami, lima di antaranya terpasang di kota Cilacap dan satu unit dipasang di Pantai Widarapayung, Kecamatan Binangun.
Menurut dia, Kabupaten Cilacap yang memiliki panjang pantai 103 kilometer idealnya memiliki 18 unit alat peringatan dini tsunami, karena 50 kilometer di antaranya merupakan wilayah padat penduduk.
Oleh karena keterbatasan anggaran, lanjutnya, Pemerintah Kabupaten Cilacap tidak mungkin mengadakan peralatan tersebut secara keseluruhan.
"Untuk tahun ini, APBD Kabupaten Cilacap akan mengalokasikan dana pengadaan satu alat EWS dan kami mendapat kabar akan ada bantuan dari BMKG pusat satu unit. Peralatan EWS tersebut biasanya dilengkapi dengan sirine, pengeras suara, dan bangunan gardu," katanya.
Kendati kekurangan peralatan, dia mengatakan, BPBD Cilacap tetap melakukan langkah antisipasi, antara lain penyadaran dan penyiagaan masyarakat di wilayah-wilayah rawan tsunami.
Menurut dia, kegiatan tersebut dilakukan melalui sosialisasi terutama bagi warga di pesisir selatan Cilacap.
"Kami mengimbau warga di pesisir tetap waspada, karena gempa tidak bisa diprediksi," katanya. (antarajateng.com)
0 komentar:
Posting Komentar